🪔 Mendampingi Suami Kuliah Di Luar Negeri

Disela-sela program orientasi persiapan kuliah di Northern Illinois University, dan insomnia berat karena jetlag saya menyempatkan diri membuatkan video proses keberangkatan saya ke Amerika Serikat. Video ini adalah tribute untuk wanita super yang sudah mendampingi saya selama 7 tahun ini. Terima kasih atas pengertian dan ketegarannya. Sehinggaperlu diawasi dan ditemani oleh sang kakak Eril. "Jadi inginnya tuh di sana bareng (adik), apalagi kan cewek ya masih takut gitu lah kalau sendirian di luar negeri," tambah Eril. Sebelumnya diberitakan, putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz (Eril), terseret arus Sungai Aare, Bern, Swiss, pada Kamis 26 Mei 4 Meldezetel pengundang (penjelasannya bisa dibaca ulang di tulisan saya tentang Mengurus Ijin Tinggal untuk Mendampingi Pasangan Sekolah di Austria) dan surat kontrak sewa rumah. Waktu itu saya juga menyetorkan surat undangan dari suami yang dikeluarkan oleh kantor kepolisian kota Leoben Austria, tapi ternyata untuk Visa D tidak perlu surat ini. KetikaMereka Kuliah di Luar Kota; Selanjutnya. Tutup. Muda . Strategi Tetap Produktif Ketika Mendampingi Pasangan Studi di Luar Negeri . 2 Maret 2013 05:34 Diperbarui: 24 Juni 2015 17:27 826 0 0 + Laporkan Konten. Laporkan Akun. Lihat foto sedang dan mungkin akan saya lakukan selama mendampingi suami. 1. Sekolah lagi. Membawakeluarga saat studi lanjut di luar negeri memang merupakan sebuah pilihan. Ada banyak keuntungan tetapi banyak pula hal yang bisa menganggu konsentrasi. Secara finansial, tentunya beasiswa jarang yang menanggung anggota keluarga (walaupun gosip terbaru adalah beasiswa LPDP dan DIKTI akan memberikan tambahan biaya untuk anggota keluarga). Eits nggak cuma itu, berikut tips berdasarkan pengalaman saya menjadi pendamping hidup seorang mahasiswa yang mendapat beasiswa ke luar negeri: Daftar Isi #1 Luruskan niat #2 Belajar untuk lebih memahami diri sendiri sekaligus pasangan #3 Tidak pernah menyuruh untuk mengerjakan disertasi Dalamvideo kali ini Hendy dan Ellini akan kembali share mengenai kehidupan mereka disini. Seperti kita ketahui, Hendy bekerja survival disaat istrinya Ellin Diaada di fase yang berat, harus membagi fokus antara studi dan menjadi kepala keluarga. Studi di kampus luar negeri jelas tak sama dengan studi di universitas lokal, beban perkuliahan dan beban mental yang ditanggung lebih besar. Lain lagi jika pasanganmu harus menyambi kuliah dan bekerja di waktu yang sama. Maka peran kamu di sini sebegai Padapertengahan tahun 2014, saya diizinkan Allah SWT untuk mengambil Cuti di Luar Tanggungan Negara (CLTN). Cuti ini saya ambil karena keinginan pribadi untuk mendampingi suami yang mendapatkan kesempatan kuliah S-3 di Australia atas beasiswa dari Australian Award Scholarship (AAS). Cuti jenis ini jarang diambil karena implikasinya berat. SoMoms, tidak ada yang perlu ditakutkan atau diragukan lagi ketika harus mendampingi pasangan tugas atau pun kuliah di luar negeri kemudia hamil dan melahirkan di sana. Karena ternyata bayak gampangnya. Makasih Mba Ade sudah mau berbagi banyak, terus berkarya ^_^ SyaratMengajukan Cuti PNS Luar Tanggungan Negara Berdasarkan PP Nomor 11 Tahun 2017 1. Mengikuti dan mendampingi suami/isteri tugas negara/tugas belajar di dalam atau di luar negeri 2. Mendampingi suami/isteri bekerja di dalam/luar negeri 3. Menjalani program untuk mendaptkan keturunan 4. Mendampingi anak yang berkebutuhan khusus 5. Deretanseleb Tanah Air ini tak segan menemani dan mendampingi anaknya ke luar negeri untuk kuliah. Seleb ini ikut 'merantau sementara' untuk memastikan aktivitas anak berjalan saat masa adaptasinya. Siapa saja mereka? Ini 4 seleb yang dampingi kuliah buah hatinya hingga luar negeri dihimpun dari berbagai sumber, Selasa (3/10). 1. Maia Estianty. vBNI. Tertarik untuk kuliah di luar negeri? Prospek karir yang baik sekaligus jaringan pertemanan internasional adalah dua dari banyak hal menarik yang mampu Anda raih saat kuliah di luar negeri. Kuliah di luar negeri adalah keputusan besar. Pastinya Anda ingin mendapatkan persiapan yang matang sebelum melanjutkan pendidikan jauh dari rumah. Ikuti program pra kuliah di luar negeri di negara tujuan pilihan Anda dimana kami menjamin 100% Penerimaan di universitas partner kami yang lebih dari 250 universitas di seluruh dunia. Makna judul tulisan saya ini mungkin menyuarakan hati sebagian istri yang sedang atau sudah mendampingi suami sekolah di luar negeri. Bagi sebagian yang lain, mungkin sebaliknya. Sementara bagi saya? Sejak sebelum menikah, saya sudah tau bahwa calon suami saya mungkin suatu hari nanti harus melanjutkan sekolah di luar negeri, bukan setahun atau dua.. tapi minimal tiga tahun. Sementara saya, yang dalam diri saya saat itu mengalir darah muda, tersimpan energi besar, dan haus untuk mengejar ambisi dan cita-cita di masa depan, tidak ambil pusing. Bagi saya saat itu, kalau mesti LDR dulu selama suami saya sekolah di luar negeri, kenapa mesti takut?! Seorang teman saya saat kuliah, justru berpandangan sebaliknya. Baginya, keliling dunia adalah salah satu passion-nya. Bahkan dia menantang calon suaminya untuk sanggup mengajaknya keliling dunia setelah mereka menikah. Matre! Demikian celoteh saya sambil tertawa. Maka dialah yang pertama kali menentang keberanian saya untuk LDR selama suami sekolah di luar negeri. Katanya, "demi apa lo rela LDR? Demi kerja banting tulang buat siapa? Kalau suami gue yang nanti sekolah ke luar negeri, ya gue bakal ikutlah, ga semua orang bisa jalan-jalan ke luar negeri, apa lagi sampai tinggal di sana." Sungguh semua bagian perkataan teman saya saat itu terdengar matre di telinga saya. Matanya tampak duitan di mata saya. Tapi nyatanya, kata-katanya malah terngiang-ngiang terus di pikiran saya. Waktu terus berlalu. Kami sudah menikah. Saya berhasil meraih cita-cita karir saya semenjak sebelum menikah. Bekerja di industri kosmetik dalam negeri, turut berjuang mengharumkan nama bangsa di mata bangsa kita sendiri minimal, dan di kancah internasional, melakukan pekerjaan yang saya cintai, dikelilingi oleh orang-orang yang baik, dan dibayar dengan jumlah yang melebihi ekspektasi awal saya. Dari situ saya belajar menabung dan bersedekah. Masa-masa itu saya seperti sedang on fire. Semuanya on the track seperti yang saya inginkan. Meskipun satu yang belum tercapai... berhenti LDR. Ya, sejak menikah, kami memang sudah LDR karena saya dan suami bekerja di kota yang berbeda. Suatu hari suami saya memberanikan dirinya untuk jujur. Dia meminta saya untuk berhenti LDR. Kala itu, saya sedang hamil. Alasannya sederhana. Beberapa bulan lagi tiba waktunya ia harus berangkat ke luar negeri untuk sekolah. Momen dalam hidupnya yang sudah ia tunggu-tunggu selama ini. Apa iya, dari sejak menikah, sampai berangkat sekolah ke luar negeri, kita belum pernah tidak LDR? Saya memintanya bersabar untuk menunggu saya berpikir dan memantapkan hati. Sesungguhnya keluarga adalah prioritas saya, tapi apa iya saya harus berhenti sekarang, di saat karir saya sedang baik dan di kala ia akan berangkat ke luar negeri selama bertahun-tahun sementara saya entah kapan bisa menyusulnya bersama anak kami? Saya bertanya kepada Yang Kuasa, memohon petunjuk dari-Nya. Saya berusaha berpikir logis selama berhari-hari. Tetapi semakin hari realita justru yang menjadi tidak logis. Mendadak apa yang saya cintai dari karir saya menjadi berbeda. Ini seperti kalau kita sedang menonton video, flow-nya terus-menerus maju, dan semakin seru, lalu tiba-tiba videonya jadi lambat, ceritanya monoton, dan membosankan, bahkan, menjadi suram. Video itu adalah gambaran karir saya waktu itu. Bagi saya ini seperti tamparan dari Allah. Saya berusaha mempertahankan untuk bekerja di suatu tempat yang atasnya suami saya tidak ridho. saya sudah mempertahankan apa yang menurut saya baik untuk saya dan keluarga saya kelak, tapi sebaik-baiknya hal yang baik, adalah yang baik menurut Allah, dan mentaati permintaan suami selama itu bukan di jalan yang mungkar adalah salah satunya... Tak berselang lama semenjak saya berhenti, rejeki tetap terus mengalir Alhamdulillah. Saya tetap melakukan apa yang saya suka kerjakan, praktek di dunia saya dunia kefarmasian dan masih berkiprah pula untuk industri yang secara fisik sudah saya tinggalkan itu, dan saya dibayar untuk itu serta ditambah dengan momen indah sebagai seorang ibu yang bisa bersama dengan anaknya hampir di seluruh waktunya. Ya, saya tetap bekerja. Tawaran pekerjaan itu datang sendiri tanpa saya yang melamar. Bukan satu, tapi empat. Dan semuanya bisa saya kerjakan di dekat anak saya yang baru lahir. Nikmat dunia mana yang hendak kau dustakan? Menjelang keberangkatan suami ke luar negeri hingga bulan-bulan awal setelah keberangkatannya, kami menerima banyak sekali kunjungan dari teman dan kerabat. Kunjungan dalam rangka menengok anak kami yang baru lahir sebetulnya. Maka topik apakah saya akan segera menyusul hampir tak pernah luput dari perbincangan. Di antaranya sangat mendukung saya dan anak kami segera menyusul, buah bibir yang ternyata sangat memotivasi dan menyemangati kami, tapi tak sedikit juga yang nyinyir. “Ngapain kamu ikut-ikutan segala? Terus ngapain di sana? Ngurus suami sama anak aja? Sayang banget gelarmu.” Dan lain sebagainya yang senada. Helloooo apa salahnya ya tinggal bareng dan ngurus suami dan anak sendiri? Tapi ya, boro-boro kalimat ini terucap untuk menjawab mak nyinyir.. yang ada hati malah menjadi galau. Dududu... Saya sudah lelah mempertanyakan hal-hal duniawi. Toh hidup yang kekal hanya di akhirat. Sejak punya anak, saya merasa kematian itu menjadi semakin nyata. Kematian tak terlihat lagi sebagai akhir dari segalanya, tapi justru awal dari kehidupan yang kekal di akhirat. Ditambah lagi kehadiran buah hati kami, yang ingin kami tumbuhkan dalam lingkungan cinta kasih kedua orang tua nya semaksimal mungkin. Berkaca dari pengalaman saya sebelumnya, saat-saat bimbang untuk berhenti kerja, saya putuskan sudah dengan bismillah, saya hanya akan niatkan semuanya yang di depan sebagai ibadah. Saya jalani peran utama saya sebagai istri dan ibu karena ibadah. Dan itu menjadi yang utama bagi saya. Pekerjaan dan rejeki adalah hal yang bobot duniawi nya lebih besar bagi saya yang seorang wanita bersuami, akan saya kejar sebisa saya, tapi prioritas saya bukan itu lagi. Saya yakin, insyaAllah rejeki sudah dijamin oleh Allah. Toh saya sudah membuktikannya sendiri. Bulan-bulan awal setelah keberangkatan suami ke luar negeri adalah masa-masa terpelik dalam sejarah LDR rumah tangga kami waktu itu. Ironis, kami hidup di jaman di mana teknologi sudah sangat sangat maju, tapi ternyata komunikasi ga segampang itu dijalani. Kurang lebih lima sampai enam jam perbedaan waktu antara kami. Suami sudah bangun pagi, saya masih terlelap kelelahan di tengah malam. Suami istirahat siang di kantornya, saya di Indonesia masih pagi, jam-jamnya rempong rutinitas pagi sama anak bayi yang baru bangun. Suami saya pulang dari kantor, jam saya bekerja. Jam kerja saya selesai, suami sudah terlelap di malam hari. Hahaha. Alhamdulillah Allah memberikan hadiah atas kesabaran kepada kami hingga beberapa bulan kemudian, berakhirlah masa-masa LDR kami itu. Allah memberikan kami kesempatan dan kemampuan untuk bisa tinggal bersama. Suatu hari suami saya datang menjemput saya dan anak untuk tinggal bersama dengannya di luar negeri Ya, di sini saya menjalani peran penuh sebagai istri dan ibu yang tidak didampingi asisten dan jauh dari keluarga. Berat, menjalani rutinitas pekerjaan yang sama setiap hari, setelah sebelumnya terbiasa dalam titian karir. Karisma titian karir yang saya tinggalkan itu berganti dengan pengalaman luar biasa dalam hidup saya. serunya kejar-kejaran dengan anak, pekerjaan rumah, mendidik buah hati sesuai dengan visi misi berdua dengan suami, belajar menjadi koki ala-ala, kursus bahasa, menimba ilmu, menulis, menikmati hobi yang lain, quality time bersama suami dan anak, video call dengan keluarga, bersosialisasi dengan orang-orang baru, menikmati kerinduan bertemu orang tua, menikmati up and down realita hidup bersama suami, berhemat supaya bisa jalan-jalan, mengenal banyak hal baru yang belum pernah saya temukan sebelumnya, serta melihat dunia yang berbeda sangat berbeda dari dunia saya sebelumnya, membuka mata saya, mengubah cara pandang saya akan dunia dan hidup ini. Ke mana rejeki saya yang dulu? Alhamdulillah Allah masih memberikannya, dalam bentuk yang lain yang datangnya dengan cara tidak terduga, tidak ada surprise yang lebih indah daripada surprise yang datangnya dari-Nya. Sulit untuk mengungkapkan semuanya dengan kata-kata. Tapi saya bahagia, satu chapter dalam hidup saya sedang dilalui. Insya Allah akan memberi energi positif untuk chapter hidup saya selanjutnya nanti. Leoben, Austria April 2017 >> Cerita sesudahnya Share JAKARTA, - Analis Kepegawaian Madya Direktorat Status dan Kedudukan Kepegawaian SKK di Badan Kepegawaian Negara BKN, Ade Jajang Jatnika Wiralaksana mengatakan, bagi Pegawai Negeri Sipil PNS yang masa kerjanya telah mencapai 5 tahun berhak diberikan cuti di luar tanggungan negara CLTN. Hal ini diatur dalam Peraturan BKN Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan BKN Nomor 24 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemberian Cuti PNS. Pernyataan itu Jajan sampaikan saat acara Sosialisasi Layanan Status dan Kedudukan Kepegawaian Bagi Aparatur Sipil Negara ASN dengan Kabupaten Kuningan melalui virtual, Rabu 28/9/2022.Baca juga Menyikapi Wacana PNS Diganti Robot "Sesuai dengan regulasi tersebut cuti di luar tanggungan negara dapat diberikan kepada PNS yang mengikuti atau mendampingi suami/istri tugas negara/tugas belajar di dalam/luar negeri dengan melampirkan syarat seperti surat penugasan atau surat perintah tugas dari pejabat yang berwenang," katanya dalam keterangan tertulis dikutip melalui laman BKN, Kamis 29/9/2022. Kedua, cuti diberikan kepada PNS yang mendampingi suami/istri bekerja di dalam/luar negeri dengan melampirkan surat keputusan atau surat penugasan/pengangkatan dalam jabatan. Ketiga, bagi PNS yang sedang menjalani program untuk mendapatkan keturunan dengan melampirkan syarat surat keterangan dokter spesialis. Keempat, PNS mendampingi anak yang berkebutuhan khusus melampirkan surat keterangan dokter spesialis. Baca juga Apa Saja Hukuman bagi PNS yang Bersikap Arogan di Jalanan? Kelima, PNS yang mendampingi suami/istri/anak yang memerlukan perawatan khusus. Keenam, PNS mendampingi merawat orang tua/mertua yang sakit/uzur dengan melampirkan surat keterangan dokter. Terakhir kata Jajang, permohonan cuti di luar tanggungan negara dapat disetujui paling lama 3 tahun dan dapat diperpanjang paling lama 1 tahun. Ketika PNS selesai mejalankan cuti di luar tanggungan negara, wajib melapor kepada instansi secara tertulis paling lambat 1 bulan. Baca juga Daftar Gaji PNS Golongan IV Menurut Masa Kerja Tahun 2022 Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

mendampingi suami kuliah di luar negeri